Senin, 22 November 2010

Proud Peacock that become Divinely Dawn


Dear Friends,
Salah satu motif yang paling saya sukai adalah motif “Fajar Menyingsing”, satu motif dengan penampilan yang amat menyolok, bukan hanya dari komposisi warnanya yang kaya dan berani, namun juga karena motifnya yang ‘bold’ , besar dan dominant.

Baru beberapa saat lalu saya mengetahui, bahwa motif batik fajar menyingsing ini merupakan bukti eratnya hubungan dagang dan budaya antara Madura (Pamekasan) dengan daerah-daerah pesisir di Jawa (ingat khan, Madura adalah pulau, dan Orang Madura juga pedagang-pelaut loh). Hal ini termasuk luar biasa, karena Priangan sendiri (Cianjur, Sukabumi, Bandung, Garut, Tasik dan Ciamis) tidak terletak persis di pesisiran, sehingga bisa dibayangkan hubungan dagang yang terjalin antara sentra-dagang-budaya Jawa Barat masa lalu, dengan jalur perantauan saudagar dari Madura.



 Merak Ngibing dituturkan* sebagai motif batik priangan yang paling indah. Motif ini menggambarkan dua merak yang saling berpunggungan dengan buntut yang saling berlawanan.


Dengan melihat seksama dari penampilan si-fajar menyingsing ini, terlihat sisa-sisa motif burung yang digambarkan secara samar. Yang paling mencolok adalah orientasi yang berbeda. Apabila di “Merak Ngibing” orientasi buntut adalah menjuntai ke bawah, maka “Fajar Menyingsing” memilih untuk me-mekar-kan kipas meraknya bak sinar fajar di pagi hari. Fascinating…

*Buku “The Dancing Peacock. Colours and Motifs of Priangan Batik” Didit Pradito, Herman Jusuf, Saftiyaningsih Ken Atik 

Kamis, 18 November 2010

Magnificent gentongan

Pernah gak denger kata gentongan ? untuk yang gemar batik sampe kelas kolektor, pasti pernah. Apalagi saat ini sedang ada eksebisi tentang batik Madura gentongan di Jakarta.
Berikut adalah contoh-contoh gentongan yang saya punya.
Aslinya sih sudah lupa ini namanya apa, tapi kira-kira ini adalah kombinasi ‘ganggeng’ (tumbuhan air) dengan gajah. Termasuk gentongan putihan dan cukup mahal, karena proses putihan justru makan banyak effort untuk menutupi bidang yang luas, dan membentuk ‘duri-duri’ ganggeng tersebut.
Di tumpalnya, sarung gentongan ini menggunakan motif “tasek-malaya” yang katanya menggambarkan laut yang menjorok ke daratan (tasik) dan bagian sungai yang ditumbuhi pepohonan rimbun.
Jangan lupa, di latar depannya ada gambar manok’(burung) cendrawasih.

nah, untuk yang satu ini memang motif favorit saya, karena menurut saya benar-benar menunjukkan kelas batik dengan tingkat kerumitan yang tinggi. Digolongkan gentongan putihan, penutupan fabric nya benar-benar luar biasa, mengingat untuk membentuk gambar bulu-bulu (atau duri-duri ya) yang ditutup adalah background-nya, dan secara super hati-hati, menyisakan ruang terbuka serambut, agar bagian yang tidak ditutup malam ini-lah yang kena pigment-nya. Ruarr biasa....

Dan " The mother of them all " : my all-time favourite 
Gak bisa menjelaskan kenapa, tetapi warna biru di proses gentongan, selalu berhasil menarik hati (bhs maduranya "always fascinate me"). nuansa yang dihasilkan adalah biru dengan 'hue' abu-abu yang suram (tapi mantaap) dan tidak pernah didapatkan dari batik-batik proses pewarnaan biasa.
Dan yang pasti : the maestro who done it. Masyaallaaah, bayangin mbuat-nya aja udah gidig-gidig.
Sekadar informasi : seluruh batik gentongan ini dibatik dua sisi, alias bolak-balik. Jadi kebayang lamanya pembuatannya , karena satu lembar setara dengan membuat 2 lembar kualitas tinggi 1 sisi. 
All-time favourite ini luar biasa dalam proses rendering-nya. Coba lihat detail disini : 

Gambar utama adalah daun dan bunga yang relatif biasa dan tidak terlalu detail. namun ternyata ini adalah efek yang sudah diperhitungkan. Di sisi luar setiap gambar utama, dikelilingi rendering setebal 1 cm, yang terdiri dari garis-garis haluuuuuuus yang berakhir dengan kait kail. Dan 'believe me guys' It is perfectly executed!!!


Artinya, rendering bagian bawah, tengah, atas, di baliknya, mau dijungkir etc, semua sepadan jarak dan kualitasnya. Kalo ahli kung-fu bisa ngukur keahlian lawan dari tarikan kuas di kaligrafi, kalian pasti bisa bayangkan si empu ini harus mengatur emosi, napas dan pikiran , agar seluruh bagian rendering-nya memiliki jarak, ketebalan, bentuk dan kualitas yang sama. 


Dan jangan lupa rendering yang mengisi bidang kosong sebagai background.
Jutaan kail yang sambung-menyambung yang juga digambar dengan sempurna. 
benar-benar masterpiece, in most truly sense. 
Whoever you are Nyi, i salute you.......