Dear Friends,
Salah satu motif yang paling saya sukai adalah motif “Fajar Menyingsing”, satu motif dengan penampilan yang amat menyolok, bukan hanya dari komposisi warnanya yang kaya dan berani, namun juga karena motifnya yang ‘bold’ , besar dan dominant.
Baru beberapa saat lalu saya mengetahui, bahwa motif batik fajar menyingsing ini merupakan bukti eratnya hubungan dagang dan budaya antara Madura (Pamekasan) dengan daerah-daerah pesisir di Jawa (ingat khan, Madura adalah pulau, dan Orang Madura juga pedagang-pelaut loh). Hal ini termasuk luar biasa, karena Priangan sendiri (Cianjur, Sukabumi, Bandung, Garut, Tasik dan Ciamis) tidak terletak persis di pesisiran, sehingga bisa dibayangkan hubungan dagang yang terjalin antara sentra-dagang-budaya Jawa Barat masa lalu, dengan jalur perantauan saudagar dari Madura.
Merak Ngibing dituturkan* sebagai motif batik priangan yang paling indah. Motif ini menggambarkan dua merak yang saling berpunggungan dengan buntut yang saling berlawanan.
Dengan melihat seksama dari penampilan si-fajar menyingsing ini, terlihat sisa-sisa motif burung yang digambarkan secara samar. Yang paling mencolok adalah orientasi yang berbeda. Apabila di “Merak Ngibing” orientasi buntut adalah menjuntai ke bawah, maka “Fajar Menyingsing” memilih untuk me-mekar-kan kipas meraknya bak sinar fajar di pagi hari. Fascinating…
*Buku “The Dancing Peacock. Colours and Motifs of Priangan Batik” Didit Pradito, Herman Jusuf, Saftiyaningsih Ken Atik