Salah satu bangunan paling penting di masa lampau adalah masjid (tempat ibadah), selain penjara, kantor pemerintahan & kraton (kediaman penguasa). Jadi sebenarnya kalau pengin melihat contoh terbaik dari arsitektur dan budaya setempat, lihat saja salah satu diantaranya. Di Madura hanya ada satu kota kabupaten (Sumenep) dimana kita masih bisa melihat & sekaligus merasakan suasana “tempo doeloe” karena banyak bangunan-bangunan penting tersebut, masih terlestarikan dan kadang masih digunakan sesuai dengan fungsi aslinya.Tapi kali ini kita bicara mengenai satu obyek masa lampau, yaitu bingkai.
Bingkai ukir ini, yang membingkai Asma’ul Husna di kanan & kiri mimbar di Masjid Agung Sampang, benar-benar membuktikan pengaruh masa lampau yang ada di Madura. Arsitektur Masjid Agung sendiri sudah amat modern tapi frame ini adalah bagian dari Masjid Agung yang terdahulu.
Ukirannya eropa banget, gak ada sama sekali unsur local-nya. kalau kita bayangkan frame ini apabila di tempat lain biasa digunakan sebagai bingkai kaca pantul di atas commode atau meja console
Bagian “crown” nya adalah bentuk “scallop” yang dibentuk dari lembar-lembar daun acanthus (inget langgam kolom Corinthian ?) , ada “garland” rangkaian bunga & buah serta bentukan “urn” atau guci tutup di kiri & kanan. Hal yang membedakan dari ukiran di sekitarnya (Masjid Agung Sampang penuh bagian bangunan yang diukir indah) adalah langgamnya yang sangat eropa dan kualitas ukirannya yang sangat artistic.
Magnificent Madura created as the meeting place for us batik affionados, room for discussing Madura culture and for you who seek friendship through mutual love of universal art. You're more than welcome to leave your imprints on this blog, and if you need to use any pictures, kindly mention this blog as your source.
Selasa, 07 Juli 2009
Senin, 06 Juli 2009
Gold Standard
Koleksi satu ini benar-benar menarik perhatian waktu sedang ada dalam tumpukan . kelihatannya saja bernuansa ‘gold’ tetapi sesungguhnya ini karena efek latar dengan penggunaan warna kuning yang tepat.
Tergolong batik Madura Pamekasan Tradisional, si kuning emas ini relative tidak mahal dibandingkan batik Tanjungbumi , apalagi kalau diitung pengerjaannya ya.
Kelihatan seluruh bagian dipenuhi detail isen-isen sehingga motif utama (yang seperti bunga matahari itu, kebetulan ya warna emas juga) rada gak kelihatan dibandingkan latar belakangnya yang mengikuti pola isen-isen diagonal (seluruhnya ada 5 variasi isen-isen diagonal).
Bagian Tumpal seperti biasa diberikan kontras desain justru dengan banyaknya “blank” area, serta pembedaan warna tema.
Pola buketan bunga tunggal adalah pola utama, dengan teknik “nitik” sebagai rendering detail isi kelopak daun dan bunga. Cuman emang rada gak seimbang antara batang-kaki dengan bunganya ya.
Jumat, 03 Juli 2009
Contemporary Interpretation - 1
Pendekatan kontemporer saat ini banyak dilakukan para pengrajin batik Madura, khususnya Pamekasan. Nah, bagi pencinta batik "serius" kadang hal ini jadi sesuatu yang mengganggu, karena 'kontemporer" berarti keluar dari pakem yang baku. Tapi khan mereka orang dagang ya, jadi harus puter otak (istilah kerennya : Improvisasi) agar Batik-nya laku. Istilah lanjutnya "Rejuvenate The Look so you guys wouldn't see batik as something heavy with tradition and old ". Sepertinya berhasil. Contoh di atas adalah desain batik kontemporer yang banyak terjual di Madura, jadi cukup banyak digemari. Harganya tidak semahal batik "beneran" karena pengerjaannya lebih singkat & sederhana, serta kesannya lebih modern.
Rabu, 01 Juli 2009
Looking Back The Time - 2
Batik klasik lain yang saya punya adalah yang satu ini.
Dari tampilannya terkesan monotone karena tergolong “putihan” yaitu batik dengan latar belakan (berusaha) putih. Ditambahin berusaha karena kenyataannya ada teknik remuk yang memang sengaja dilakukan untuk dapat efek tertentu (bukan “njelembret” atau “mblobor”katanya orang Jawa). Untuk yang tahu proses pembuatan batik, sebenarnya justru batik “putih”an ini rada susah, karena ini berarti menutupi sebagian besar areal background (istilahnya “nembok”i).
Bagian badan dari kain batik sarung Tanjungbumi ini juga merupakan repetisi dari dua pattern , yaitu manok atau motif burung , dan (katanya) kembang pisang (kok lebih kelihatan kayak talas ya, hehehehehe).
Untuk bagian tumpalnya, menggunakan repetisi motif panji lekkok.
Nah, bagi yang memperhatikan format keseluruhan desainnya, ini memang desain formal pasisiran (seluruh bagian sarung pasisiran, komplit ada di sini).Kain Sarung ini menggunakan pewarna alami di atas bahan Primissima kelas satu yang halus sekali, dan proses pembatikannya di’terus’i alias dibatik kedua sisinya.
Langganan:
Postingan (Atom)