Tampilkan postingan dengan label Motif Fajar Menyingsing. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Motif Fajar Menyingsing. Tampilkan semua postingan

Rabu, 26 September 2012

Friday Batik Parade

It’s Friday and if you’re happens to be one of government officers in Java Island, so you’re most probably wear batik shirt (both you guys and girls). And why not like wearing this genuinely hand-crafted / hand-drawn Batik Fabric, both vibrant in appearance and guaranteed that it wouldn’t  at all, makes you 10-years older.
The batik tulis man’s shirt in short sleeves has a hot item in my stores, partly because nowadays gentlemen are more fashion-conscious than before (really!!) that they’re realized that being ‘wearing the same identical batik like your coworker’s not cool’ , and ‘hot pink’s not for girl domain any longer (though it still I the area of batik. Wonder why people in Indonesia seems more tolerant while seeing gentlemen wearing the most garish-color or crazy-patterned fabric AS LONG as it is batik).
Well, if that’s the way it is, the, so be it.





Happy Friday and wear your batik proudly 

* dont know why this setting decide that the best layout possibel for my photos will be of lay on the wrong side, well...   

The New Breed of Batik

It's not brand new in concept, but it's quite interesting on how Madurese Pamekasan had adapted it so quickly : it is called Market Demand. It consist of both buying power and general taste.
The new breed of Pamekasan Batik  has its own contemporary approach : it is ‘relatively quick in execution, pop (popular) in appearance and strangely, aesthetically pleasing in the eyes.
I share couple of this so called contemporary in-expensive fabric ready to be use directly into some shirt for both men and women (since almost all regencies in Java has ruled that Friday is the batik-wearing day for all government officers)
The beauty derives from its simplistic non-heavy design and philosophy (in fact, it’s known that this batik has no philosophical ‘quest’ whatsoever). And it executed beautifully. It plays with colors, geometric forms and repetition.


 



Jumat, 06 April 2012

Metamorfosis

Masyarakat Madura adalah salah satu masyarakat yang paling dinamis dan kreatif yang pernah saya kenal. bagaimana tidak :dari banyak interaksi yang terjadi baik dari hasil silang budaya (jawa-mataram dan china-semarang dan eropa) dan hasil pengalaman merantau dan berdagang, banyak sekali yang diadaptasi menjadi sesuatu yang baru yang justru dapat mencerminkan karakter kuat Madura sendiri. Batik di atas adalah "Fajar menyingsing" di Pamekasan, tetapi dikenal dengan nama "Merak Ngibing" di bumi Parahyangan. Menggambarkan sepasang merak dengan ekor bersisih-an, masyarakat Madura menagdaptasi dengan menambahkan karakter lokal, menjadi satu motif baru yang sama menariknya dan terasa dinamis (beberap diantara contoh diatas juga mengandung "Junjung Drajad" atau "Panji Lekkok")

Senin, 22 November 2010

Proud Peacock that become Divinely Dawn


Dear Friends,
Salah satu motif yang paling saya sukai adalah motif “Fajar Menyingsing”, satu motif dengan penampilan yang amat menyolok, bukan hanya dari komposisi warnanya yang kaya dan berani, namun juga karena motifnya yang ‘bold’ , besar dan dominant.

Baru beberapa saat lalu saya mengetahui, bahwa motif batik fajar menyingsing ini merupakan bukti eratnya hubungan dagang dan budaya antara Madura (Pamekasan) dengan daerah-daerah pesisir di Jawa (ingat khan, Madura adalah pulau, dan Orang Madura juga pedagang-pelaut loh). Hal ini termasuk luar biasa, karena Priangan sendiri (Cianjur, Sukabumi, Bandung, Garut, Tasik dan Ciamis) tidak terletak persis di pesisiran, sehingga bisa dibayangkan hubungan dagang yang terjalin antara sentra-dagang-budaya Jawa Barat masa lalu, dengan jalur perantauan saudagar dari Madura.



 Merak Ngibing dituturkan* sebagai motif batik priangan yang paling indah. Motif ini menggambarkan dua merak yang saling berpunggungan dengan buntut yang saling berlawanan.


Dengan melihat seksama dari penampilan si-fajar menyingsing ini, terlihat sisa-sisa motif burung yang digambarkan secara samar. Yang paling mencolok adalah orientasi yang berbeda. Apabila di “Merak Ngibing” orientasi buntut adalah menjuntai ke bawah, maka “Fajar Menyingsing” memilih untuk me-mekar-kan kipas meraknya bak sinar fajar di pagi hari. Fascinating…

*Buku “The Dancing Peacock. Colours and Motifs of Priangan Batik” Didit Pradito, Herman Jusuf, Saftiyaningsih Ken Atik