Jumat, 15 April 2011

Tradition with a Twist

Pola Lotus sebenarnya adalah pattern lama. Tangkai-tangkai bunga teratai Nelumbo Nucifera ( Sacred Lotus ) yang biasanya digambarkan panjang, melambangkan kemurnian dan keindahan yang lahir dari sesuatu yang buruk bahkan kadangkala hina (lumpur kolam). Dan kemampuannya untuk tetap hidup di kondisi yang ekstrim (pada satu kasus, ilmuwan-ilmuwan berhasil ‘mengecambah-kan’ sisa-sisa biji lotus yang terkubur ribuah tahun).



Dengan kandungan filsafatnya yang popular di Asia, pola Teratai adalah pola yang sering muncul di banyak seni bangunan, art-and-craft dan kain.


Contoh ilustrasi ini mengambarkan lotus yang keluar dari pakemnya, baik karena kelopaknya tidak lagi digambarkan berujung lancip, daun-daun nya bukan yang besar, serta tidak ada ‘tanah’ yang menggambarkan hubungannya dengan bumi. Serta komposisi warnanya yang ‘berani’.


Long Journey To Perfection

Beberapa waktu terakhir saya banyak menemui Batik Pamekasan berkualitas baik, dengan teknik yang ‘challenging’ dan ‘adventurous’ . Saya bilang challenging, karena ukuran canting nya makin lama makin kecil, isen-isen semakin “gila” (selain semakin halus dan rapat, ada permainan warna di bulu-bulu nya), komposisi warna semakin tidak umum, dan meninggalkan ‘pakem’ atau kebiasaan yang selama ini dilakukan.



Satu hal yang menonjol adalah teknik multi-color yang diperoleh dari beberapa kali proses lorod (luruh malam), dan dilakukan pada bagian isen-isen nya.


Sekadar tahu saja, kalau proses lorod dilakukan, berarti proses ini diulang sebanyak jumlah efek yang diinginkan.
Contoh pertama di atas : pola 'polkadot' apabila dilihat secara detail, terdiri dari 2x proses merah & biru, yang menimbulkan warna ketiga, yaitu ungu.
Contoh kedua di atas : isen-isen rumput rambat dengan detail seling-seling white-grey, hanya dapat ditampilkan dengan menutup kembali, setiap 'helai' isen-isen yang dimaksudkan untuk tetap putih.

Selasa, 04 Januari 2011

Classic Approach

Dear Fellow batik lover,

perpaduan aneh antara motif kembang trompet (daffodill ?) dan
daun talas , menunjukkan asal-usul pengaruh pasisiran cina-eropa
yang terasa sampai di karya yang seharusnya bermotif klasik ini. 
Madura. Khususnya Pamekasan selain mendapatkan pengaruh Pesisir, juga mengalami asimilasi dengan budaya Jawa, khususnya Jawa Tengah. Batik gaya Jawa Tengah yang cenderung formal dan mengadaptasi warna-warna ‘bumi’ (earth tone) dengan vocabulary warna sogan coklat, pastel dan biru indigo, juga terlihat di khasanah batik Pamekasan. Beberapa batik antik juga mengadaptasi motif-motif klasik seperti parang dan kawung, selain dari filosofis yang dikandung masing-masing motif ‘inggil’ tersebut.


Berikut adalah jejak pengaruh Mataram yang masih terasa di Pamekasan, bukan dari pattern-nya namun dari komposisi warna yang digunakan.



motif klasik "Sekar Jagad" dengan nuansa ungu

Kain Panjang lengkap dengan selendangnya, berlatar 'sessek' kecil dengan rendering di setiap bilah sisik-nya.
Pengerjaannya dilakukan dua sisi (bolak-balik) sehingga kain kualitas tinggi ini dapat digunakan di kedua sisinya
tanpa ada perbedaan.



motif semak mawar dengan background diagonal Panji Lekok

sarung klasik dengan latar 'isen-isen' dot rapat, dengan motif utama sulur biru