Jumat, 28 September 2012

Unlock the Mystery of Heritage : Gringsing & Kawung Part-1

I had the opportunity to attended this evening event of KIBAS ( Komunitas Batik Jawa Timur  - East Java Batik Community ) at the ever-beautiful House Of Sampoerna ( the old factory and residence of Sampoerna, the largest cigarette manufacturer in Indonesia ). KIBAS had the exhbition focused on the introduction of the myth, history and philosophy of Kawung & Gringsing, one of the oldest classical pattern of fabric found in Indonesia. The evening was warm and fluid since there's none of the formal ceremony existed ( if you'd familiar with Indonesia custom , there should be speech and hooring the guest-something etc ). We had an enjoyable evening with couple of special booth of private exhibition and demonstration (on how to create a batik, since this is always fascinate people, not just foreigners but local as well) , a descent evening snack corner focused on traditional "jajan pasar" (market snack of Madurese origin i believe, although i happened to be unlucky since this stall was very popular among guests) , the interesting gamelan/mocopatan corner as entertainment ( you can imagine chamber orchestra with 4-5 pieces and a singer ) and the exhibition itself, located at the main exhibition area.
The event was very successfull , attending more than 120 people based on HOS's guest-book (the real count will be much larger since personnels didn't do registration and come-by guests that originally have a plan to go to the museum or dine , would be attracted to the exhibition crowd.
There were much informations and things to share, and this is the part-1 of the posting dedicated to the event and gringsing-kawung philosophy.

We'll come back with more posting after this.   

Rabu, 26 September 2012

Friday Batik Parade

It’s Friday and if you’re happens to be one of government officers in Java Island, so you’re most probably wear batik shirt (both you guys and girls). And why not like wearing this genuinely hand-crafted / hand-drawn Batik Fabric, both vibrant in appearance and guaranteed that it wouldn’t  at all, makes you 10-years older.
The batik tulis man’s shirt in short sleeves has a hot item in my stores, partly because nowadays gentlemen are more fashion-conscious than before (really!!) that they’re realized that being ‘wearing the same identical batik like your coworker’s not cool’ , and ‘hot pink’s not for girl domain any longer (though it still I the area of batik. Wonder why people in Indonesia seems more tolerant while seeing gentlemen wearing the most garish-color or crazy-patterned fabric AS LONG as it is batik).
Well, if that’s the way it is, the, so be it.





Happy Friday and wear your batik proudly 

* dont know why this setting decide that the best layout possibel for my photos will be of lay on the wrong side, well...   

The New Breed of Batik

It's not brand new in concept, but it's quite interesting on how Madurese Pamekasan had adapted it so quickly : it is called Market Demand. It consist of both buying power and general taste.
The new breed of Pamekasan Batik  has its own contemporary approach : it is ‘relatively quick in execution, pop (popular) in appearance and strangely, aesthetically pleasing in the eyes.
I share couple of this so called contemporary in-expensive fabric ready to be use directly into some shirt for both men and women (since almost all regencies in Java has ruled that Friday is the batik-wearing day for all government officers)
The beauty derives from its simplistic non-heavy design and philosophy (in fact, it’s known that this batik has no philosophical ‘quest’ whatsoever). And it executed beautifully. It plays with colors, geometric forms and repetition.


 



Selasa, 18 September 2012

The Magic On The Making

Couple of days ago a had the opportunity to have a short visit to Podhek Village (near pamekasan city) to say hello tos community and the fellow batikers and i had the chance witnessing the process of the masterpiece in the making. It was planned to be "the one" since from the very beginning from the material selection to the batiking process it was done with meticulous attention from both Bang Rusydi and the boys.
The agenda of having masterpiece will be important because it will be just like testing the market's tolerance for this kind of quality and the price demanded 9yes, it will be more expensive than previous creation).The market acceptance will be important because this will determind whether we can produce this kind of quality again in the future, or it will face difficulties to 'convince' the respective/potential buyer to see what it should worth. So it will be a boundary-breaker also, for the sake of price and quality.
The Zen garden ; it will be named after finished; will be another milestones because of :
- The very unique background (isen-isen) that will consist of thousands yin-yang balls that afer finish it will give 3-D effect thanks to the detailed 'nitik' technique .
- this (the batiking process) will be done in both side of the fabric. It will be a twice longer time-labor as compared to 'normal' piece, and rarely the batik labor do that nowadays.
- The Background (Isen-isen) in the lower border (terang bulan) using rawan enggok rendering, that is a very fine and uniform. and dont forget again : it will be done in BOTH sides.
- Price threshold will hopefully have new higher for a piece of new Pamekasan-Podhek Batik. ( after all, it will worth the investment and the art value in it).
And just like everything on the east : pray to have all be in His way to have the result as perfect as we hoped for, and it will be a greater benefit for batik Podhek's and for all involved.

Minggu, 02 September 2012

New-life of the Old Culture

Sejak beberapa saat lalu banyak kain batik berkelas dan klasik dimodifikasi peruntukannya yang mulanya berupa kain panjang / sarung, menjadi tas, dompet dan sepatu.
Ada beberapa anggapan mengenai hal ini. Di satu sisi kita melihat meningkatnya antusiasme masyarakat terhadap karya budaya kita ini, baik dari sisi ekonomi (banyak kain klasik yang tadinya berharga 'biasa' menjadi meingkat secara rupiah) , kultur (biasanya barang-barang asal batik ini juga diberikan keterangan mengenai 'genre', characteristic' , proses pembuatan dan sejarah dari kain batik tersebut).
Di sisi lain, karena mengubah peruntukan awal dari kain panjang / sarung menjadi barang lain, maka ada proses 'modifikasi' yang dilakukan. Istilah yang paling dikenal di kalangan batikers adalah "mutilasi" , karena batik tersebut mau tidak mau memang harus 'dikorbankan/digunting' untuk berubah fungsi.
Positif-negatif dari new interest ini punya bobot dan kubu pendukungnya masing-masing. Yang mendukung sering memberikan argumen 'cultural-love' dan kenyataan bahwa banyak kain-kain kuno ini memang sudah tidak sempurna kondisinya. Kubu Contra juga mengangkat argumen 'culture' (batik antik berkualitas tinggi seharusnya menjadi dokumentasi keagungan budaya bangsa dan dikoleksi sembari dipelajari, bukan dicacah menjadi tas, baju atau sepatu).
Bagaimana jika kita tetap mencintai batik sembari tetap menggunakan tas, sepatu atau baju dengan bahan batik yang berkualitas, tetapi dibuat baru dan tidak perlu kain klasik? Anda setuju ?

Jumat, 06 April 2012

Metamorfosis

Masyarakat Madura adalah salah satu masyarakat yang paling dinamis dan kreatif yang pernah saya kenal. bagaimana tidak :dari banyak interaksi yang terjadi baik dari hasil silang budaya (jawa-mataram dan china-semarang dan eropa) dan hasil pengalaman merantau dan berdagang, banyak sekali yang diadaptasi menjadi sesuatu yang baru yang justru dapat mencerminkan karakter kuat Madura sendiri. Batik di atas adalah "Fajar menyingsing" di Pamekasan, tetapi dikenal dengan nama "Merak Ngibing" di bumi Parahyangan. Menggambarkan sepasang merak dengan ekor bersisih-an, masyarakat Madura menagdaptasi dengan menambahkan karakter lokal, menjadi satu motif baru yang sama menariknya dan terasa dinamis (beberap diantara contoh diatas juga mengandung "Junjung Drajad" atau "Panji Lekkok")

Jumat, 17 Februari 2012

Riot of Color

Kalau sudah familiar dengan style Madura, pasti yang dicari adalah "tabrakan warna" antara warna-warna yang biasanya tidak akan di-sanding-kan dalam komposisi normal (siapa yang 'berani' menabrakkan biru dan merah terang dalam batik 'tradisional' ?)
Nah, apabila shocking composition yang dicari, keempat contoh ini mungkin dapat  mewakilinya. Batik Pamekasan produksi Desa Nongtangis kabupaten Pamekasan ini cukup halus pengerjaan cantingan nya, dan menggunakan pewarna kualitas tinggi yang tidak mudah pudar. komposisi tabrak-warna seperti ini hanya dapat indah apabila pengerjaannya rapi, warna yang digunakan kualitasnya konsisten di semua pigment yang digunakan, dan tentunya faktor estetika dan 'luck' .

Two Faces

Sesuai dengan perkembangan selera, ternyata para seniman-pengrajin Pamekasan sangat tanggap akan dinamika pasar. Apabila di tahun 90'an trend kontemporer sangat kental terasa dalam kreasi baru batik Pamekasan (dengan 'fajar menyingsing' ala MILO Bali) maka pada saat ini banyak kreasi baru yang ditampilkan. Salah satu yang saya suka adalah batik 2-faces . Kalau dibilang pagi-sore, ya enggak juga, karena ini memang bukan untuk kain panjang. Biasanya kain 2-faces ini digunakan untuk hem/blouse bagi yang berani dalam berekspresi, karena sisi kanan & kiri ada baju jadinya nanti, akan berlainan coraknya. Hanya setelah melihat di bagian pungung-lah orang bakal melihat bahwa perbedaan ini memang dirancang sejak awal.
bagaimana menurutmu ?

Pesona Sampang

Batik klasik sampang kalau menurut saya adalah sangat menarik, karena selain tampilannya sangat klasik, juga masih kuat karakteristiknya. Orang awam pun gampang membedakan antara batik sampang (klasik) ini dengan batik dari dua sentra yang mendampinginya (Bangkalan Tanjungbumi & Pamekasan dengan banyak sentra batiknya).
Interaksi saya dengan Sampang Klasik bermula dari koleksi Mbak Mys (M. Myshat Andaya) berupa satu lembar kain panjang dengan banyak ragam satwa, dalam isen-isen rapat serupa hutan (belakangan saya bisa hubungkan style ini dengan style "Alas-Alasan Wana Buron" di Jawa Tengah , kalau boleh). sangat unik dan belum pernah saya lihat di sentra madura lainnya. Dan kualitas pengerjaannya adalah nomor satu!. pembatikan dua sisi sudah bukan kebiasaan sentra Madura saat ini, namun penjagaan kualitas dua sisi ini masih dilakukan di Sampang (at least di sentra 'yang ini' ).

Si Hutan Malam ini (panggilan sayang untuk koleksi saya) sudah berpindah ke kolektor lain yang dengan gigih menawar, dan menurut etika sesama kolektor, if you love'em so much , set it free (dengan ongkos dong, hehehehe). We both happy, karena teman saya mendapatkan koleksi yang unik dan berkualitas , sementara saya juga senang karena bis membuat teman berbahagia (baru beberapa lama kemudian saya berhasil mendapatkan alas-alasan dengan corak yang sedikit berbeda, yah lumayan untuk klangenan).