There were much informations and things to share, and this is the part-1 of the posting dedicated to the event and gringsing-kawung philosophy.
Magnificent Madura created as the meeting place for us batik affionados, room for discussing Madura culture and for you who seek friendship through mutual love of universal art. You're more than welcome to leave your imprints on this blog, and if you need to use any pictures, kindly mention this blog as your source.
Jumat, 28 September 2012
Unlock the Mystery of Heritage : Gringsing & Kawung Part-1
Rabu, 26 September 2012
Friday Batik Parade
Happy Friday and wear your batik proudly
* dont know why this setting decide that the best layout possibel for my photos will be of lay on the wrong side, well...
The New Breed of Batik
The new breed of Pamekasan Batik has its own contemporary approach : it is ‘relatively quick in execution, pop (popular) in appearance and strangely, aesthetically pleasing in the eyes.
The beauty derives from its simplistic non-heavy design and philosophy (in fact, it’s known that this batik has no philosophical ‘quest’ whatsoever). And it executed beautifully. It plays with colors, geometric forms and repetition.
Selasa, 18 September 2012
The Magic On The Making
Couple of days ago a had the opportunity to have a short visit to Podhek Village (near pamekasan city) to say hello tos community and the fellow batikers and i had the chance witnessing the process of the masterpiece in the making. It was planned to be "the one" since from the very beginning from the material selection to the batiking process it was done with meticulous attention from both Bang Rusydi and the boys.
The agenda of having masterpiece will be important because it will be just like testing the market's tolerance for this kind of quality and the price demanded 9yes, it will be more expensive than previous creation).The market acceptance will be important because this will determind whether we can produce this kind of quality again in the future, or it will face difficulties to 'convince' the respective/potential buyer to see what it should worth. So it will be a boundary-breaker also, for the sake of price and quality.
The Zen garden ; it will be named after finished; will be another milestones because of :
The agenda of having masterpiece will be important because it will be just like testing the market's tolerance for this kind of quality and the price demanded 9yes, it will be more expensive than previous creation).The market acceptance will be important because this will determind whether we can produce this kind of quality again in the future, or it will face difficulties to 'convince' the respective/potential buyer to see what it should worth. So it will be a boundary-breaker also, for the sake of price and quality.
The Zen garden ; it will be named after finished; will be another milestones because of :
- The very unique background (isen-isen) that will consist of thousands yin-yang balls that afer finish it will give 3-D effect thanks to the detailed 'nitik' technique .
- this (the batiking process) will be done in both side of the fabric. It will be a twice longer time-labor as compared to 'normal' piece, and rarely the batik labor do that nowadays.
- The Background (Isen-isen) in the lower border (terang bulan) using rawan enggok rendering, that is a very fine and uniform. and dont forget again : it will be done in BOTH sides.
- Price threshold will hopefully have new higher for a piece of new Pamekasan-Podhek Batik. ( after all, it will worth the investment and the art value in it).
And just like everything on the east : pray to have all be in His way to have the result as perfect as we hoped for, and it will be a greater benefit for batik Podhek's and for all involved.
And just like everything on the east : pray to have all be in His way to have the result as perfect as we hoped for, and it will be a greater benefit for batik Podhek's and for all involved.
Minggu, 02 September 2012
New-life of the Old Culture

Ada beberapa anggapan mengenai hal ini. Di satu sisi kita melihat meningkatnya antusiasme masyarakat terhadap karya budaya kita ini, baik dari sisi ekonomi (banyak kain klasik yang tadinya berharga 'biasa' menjadi meingkat secara rupiah) , kultur (biasanya barang-barang asal batik ini juga diberikan keterangan mengenai 'genre', characteristic' , proses pembuatan dan sejarah dari kain batik tersebut).
Di sisi lain, karena mengubah peruntukan awal dari kain panjang / sarung menjadi barang lain, maka ada proses 'modifikasi' yang dilakukan. Istilah yang paling dikenal di kalangan batikers adalah "mutilasi" , karena batik tersebut mau tidak mau memang harus 'dikorbankan/digunting' untuk berubah fungsi.
Positif-negatif dari new interest ini punya bobot dan kubu pendukungnya masing-masing. Yang mendukung sering memberikan argumen 'cultural-love' dan kenyataan bahwa banyak kain-kain kuno ini memang sudah tidak sempurna kondisinya. Kubu Contra juga mengangkat argumen 'culture' (batik antik berkualitas tinggi seharusnya menjadi dokumentasi keagungan budaya bangsa dan dikoleksi sembari dipelajari, bukan dicacah menjadi tas, baju atau sepatu).
Bagaimana jika kita tetap mencintai batik sembari tetap menggunakan tas, sepatu atau baju dengan bahan batik yang berkualitas, tetapi dibuat baru dan tidak perlu kain klasik? Anda setuju ? Jumat, 06 April 2012
Metamorfosis
Masyarakat Madura adalah salah satu masyarakat yang paling dinamis dan kreatif yang pernah saya kenal. bagaimana tidak :dari banyak interaksi yang terjadi baik dari hasil silang budaya (jawa-mataram dan china-semarang dan eropa) dan hasil pengalaman merantau dan berdagang, banyak sekali yang diadaptasi menjadi sesuatu yang baru yang justru dapat mencerminkan karakter kuat Madura sendiri. Batik di atas adalah "Fajar menyingsing" di Pamekasan, tetapi dikenal dengan nama "Merak Ngibing" di bumi Parahyangan. Menggambarkan sepasang merak dengan ekor bersisih-an, masyarakat Madura menagdaptasi dengan menambahkan karakter lokal, menjadi satu motif baru yang sama menariknya dan terasa dinamis (beberap diantara contoh diatas juga mengandung "Junjung Drajad" atau "Panji Lekkok")
Jumat, 17 Februari 2012
Riot of Color
Kalau sudah familiar dengan style Madura, pasti yang dicari adalah "tabrakan warna" antara warna-warna yang biasanya tidak akan di-sanding-kan dalam komposisi normal (siapa yang 'berani' menabrakkan biru dan merah terang dalam batik 'tradisional' ?)
Nah, apabila shocking composition yang dicari, keempat contoh ini mungkin dapat mewakilinya. Batik Pamekasan produksi Desa Nongtangis kabupaten Pamekasan ini cukup halus pengerjaan cantingan nya, dan menggunakan pewarna kualitas tinggi yang tidak mudah pudar. komposisi tabrak-warna seperti ini hanya dapat indah apabila pengerjaannya rapi, warna yang digunakan kualitasnya konsisten di semua pigment yang digunakan, dan tentunya faktor estetika dan 'luck' .

Two Faces
Sesuai dengan perkembangan selera, ternyata para seniman-pengrajin Pamekasan sangat tanggap akan dinamika pasar. Apabila di tahun 90'an trend kontemporer sangat kental terasa dalam kreasi baru batik Pamekasan (dengan 'fajar menyingsing' ala MILO Bali) maka pada saat ini banyak kreasi baru yang ditampilkan. Salah satu yang saya suka adalah batik 2-faces . Kalau dibilang pagi-sore, ya enggak juga, karena ini memang bukan untuk kain panjang. Biasanya kain 2-faces ini digunakan untuk hem/blouse bagi yang berani dalam berekspresi, karena sisi kanan & kiri ada baju jadinya nanti, akan berlainan coraknya. Hanya setelah melihat di bagian pungung-lah orang bakal melihat bahwa perbedaan ini memang dirancang sejak awal.
bagaimana menurutmu ?
bagaimana menurutmu ?
Pesona Sampang

Interaksi saya dengan Sampang Klasik bermula dari koleksi Mbak Mys (M. Myshat Andaya) berupa satu lembar kain panjang dengan banyak ragam satwa, dalam isen-isen rapat serupa hutan (belakangan saya bisa hubungkan style ini dengan style "Alas-Alasan Wana Buron" di Jawa Tengah , kalau boleh). sangat unik dan belum pernah saya lihat di sentra madura lainnya. Dan kualitas pengerjaannya adalah nomor satu!. pembatikan dua sisi sudah bukan kebiasaan sentra Madura saat ini, namun penjagaan kualitas dua sisi ini masih dilakukan di Sampang (at least di sentra 'yang ini' ).

Langganan:
Postingan (Atom)