Tampilkan postingan dengan label tanjungbumi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label tanjungbumi. Tampilkan semua postingan

Kamis, 01 Januari 2015

Another Tanjungbumi

Well apparently i bough other than just sarong in my trip to tanjungbumi. The two style that appear large both in design approach due to its strong-characteristic of "latar" or background, are crackled brown known locally as "Kulit Sapi" or cowhide, and "tarpotte" or whities.....
here they are....




























Rabu, 01 Juli 2009

Looking Back The Time - 2

Batik klasik lain yang saya punya adalah yang satu ini. Dari tampilannya terkesan monotone karena tergolong “putihan” yaitu batik dengan latar belakan (berusaha) putih. Ditambahin berusaha karena kenyataannya ada teknik remuk yang memang sengaja dilakukan untuk dapat efek tertentu (bukan “njelembret” atau “mblobor”katanya orang Jawa). Untuk yang tahu proses pembuatan batik, sebenarnya justru batik “putih”an ini rada susah, karena ini berarti menutupi sebagian besar areal background (istilahnya “nembok”i). Bagian badan dari kain batik sarung Tanjungbumi ini juga merupakan repetisi dari dua pattern , yaitu manok atau motif burung , dan (katanya) kembang pisang (kok lebih kelihatan kayak talas ya, hehehehehe). Untuk bagian tumpalnya, menggunakan repetisi motif panji lekkok.
Nah, bagi yang memperhatikan format keseluruhan desainnya, ini memang desain formal pasisiran (seluruh bagian sarung pasisiran, komplit ada di sini).Kain Sarung ini menggunakan pewarna alami di atas bahan Primissima kelas satu yang halus sekali, dan proses pembatikannya di’terus’i alias dibatik kedua sisinya.

Jumat, 19 Juni 2009

Strong Statement

There’s something masculine with Madura Batik, and probably it owes much to its daring and bold combination of color composition and not-so-fine execution. Although it’s not as ‘fine’ as batik pekalongan, the overall effect is somehow come with character, and you will say that it’s “unmistakably madura” You can easily see those in my example here. Produced in Tanjungbumi, center of ‘finely crafted’ batik in Madura Island, it screams masculine right away. Although it faithfully follow the most traditional pattern of Sarung Pasisir (Tumpal in the middle, double “Papan” and rows of Pinggir’ after “seret”) this fully hand-drawn piece of batik has bold but also detailed execution. One’s attention must’ve been drawn first to the color combination. It only consisted of very limited palate of light cream (original base color of the cotton) , hues of greens and brown, overall from natural pigments. Its “dirty” looks has achieved by letting ‘cracks’ seeped through with ‘pecah-seribu’ patterns that leave no surface with pristine condition. And the second must be this big'n'bold “oh-so-daring” pattern combination. Incorporating the new approach to much traditional patterns such as ‘manok’ (bird within egg-like oval), ‘sessek’ (fish-scale), ‘get-togget’(sprout) and ‘mbang duri’ (thorny plant), the badan section has vertical in appearance. And the bold hasn’t come to the end when it goes to the Tumpal. With its 3-section base it shows form-manipulation by combining rectangular with contoured edge resulting in more playful effect. Centered with diamond-shape and diagonal background, this Tumpal surely stands out from the crowd.

Kamis, 18 Juni 2009

Looking Back The Time - 1

Madura sebagai daerah pesisir punya kaitan erat dengan laut sekitarnya, baik dari hubungan perdagangan maupun melalui aktivitas kelautan. Di sini diperlihatkan pengaruh bentuk-bentuk binatang laut yang dijadikan motif utama batik klasik tanjungbumi. Uniknya semua bentuk itu ter-abstrak-kan (highly stylized) menjadi satu bentukan yang ;walaupun masih terlihat rupa awal; lebih ke arah dua dimensi & dekoratif. Motif "Serupa Ikan" (ada bagian yang seperti insang di luar ya), motif "Serupa Udang" dan "Serupa Teripang/Terung Laut" termasuk yang ada di sini. Batik Laut ini termasuk batik lawas, namun belum kategori antik, karena pasti belum puluhan tahun, dan dibeli dalam keadaan "Baru" (sudah lama dibuat-nya tapi baru terjual, dan tidak pernah dipakai). Kondisi bagus banget, pewarnaan alami dan detail-nya.... Klasik Tanjungbumi versi ini menggunakan emulsi warna serupa pasta & sangat pekat, apabila ditambah pengerjaan yang sangat detail, hasilnya jadi seperti "blok item". Tracing ballpoint masih samar-samar kelihatan, dan batik ini di-terusi depan belakangnya. Nah, posting tampak utuh ini bisa memperlihatkan bahwa tumpal diagonal memang benar-benar populer di kalangan pembatik klasik. Bagian "Pinggir" dihias seperti rangkaian bunga putih yang bersifat 'fluid' , agak kontras dengan tradisional-nya tema sarung ini. Apabila dilihat di teori, "pinggir" seperti ini memang lebih banyak ditemukan di "batik belanda" pesisiran. Jadi dilihat dari kombinasi seluruh bagian sarung ini bisa dilihat perpaduan banyak hal : Madura yang hubungan-nya dengan laut (nelayan) adalah sangat kuat, Pengaruh Pasisiran (Pekalongan) juga terasa. Pewarnaan tradisional dengan menggunakan pigment natural seperti layaknya batik produk Jawa Tengah.

Selasa, 16 Juni 2009

Distinguished Beauty

"Nerus'i" adalah istilah yang dikenal di dunia batik, ini artinya proses pembatikan dilakukan di kedua sisi (luar & dalam) sehingga hasilnya rada gak terbedakan mana yang (seharusnya) sisi luar, mana yang dalam. Ini juga berarti bahwa satu lembar batik bisa digunakan dua sisi bergantian (khan lama-lama pudar). Contohnya seperti di sini. Batik yang di'terus'i" biasanya batik yang berkualitas tinggi, karena khan berarti dua kali kerja untuk satu lembar batik (tulis tangan). Hayo, mana yang luar,mana yang dalam (sisi kiri atau kanan?). Nah, terlepas dari proses-nya. contoh di atas adalah salah satu contoh indah batik Madura Bangkalan TanjungBumi kelas 'koleksi' , termasuk gentongan dan proses membuatnya lamaa banget. Motifnya bunga sekar jagad komposisi buketan (bouquet) bunga tunggal , artinya bukan bermacam-macam bunga jadi satu rangkaian. Tetapi yang benar-benar menonjol adalah warnanya. Merah sekali, sehingga crawler isen-isen-nya yang putih jadi menonjol sekali di latar belakang merah. Keistimewaannya juga bisa dilihat dari komposisi Badan-Tumpal. Dengan tema "Pohon Hayat" , tumpal dengan background diagonal ini benar-benar kontras tanpa saling bersaing dengan bagian badan. Ada yang lihat gak, di tumpalnya ada 2 'birds of paradise" alias cenderawasih ? Vibrant Red, Just Beautiful.

Minggu, 07 Juni 2009

Common Tanjungbumi

Contoh lain dari Sarung Tanjungbumi, gak mahal (karena beli langsung di pengrajin, hehehehe) dan contoh bagus untuk memperlihatkan layout desain formal sarung gaya Pasisiran.
Ada seluruh bagian (tumpal,badan, inner crawlers, gunungan, dan double papan di kanan-kiri bagian tumpal).

Jumat, 05 Juni 2009

The One

Nah , untuk kamu yang sempat baca entry di bawah & penasaran mengenai "seperti apa sih "batik gentongan" yang legendaris itu, ini dia contohnya.
Sebelumnya perlu disampaikan nih: yang ini bukan punya saya ya. Ini klasik Gentongan Tanjungbumi , jadi memang termasuk barang simpenan & benar-benar antik, milik Ummi' Halimah yang jadi salah satu langganan saya.
Batik gentongan adalah koleksi yang berharga, terutama pada saat sekarang dimana 'waktu' benar-benar jadi tolok ukur produksi. Pembuatannya butuh waktu lamaaaa banget, bukan hanya di proses pembatikannya, namun proses pewarnaannya (justru proses pencelupan ini yang memberikan nama 'gentongan').
Kalau kamu beruntung bisa melihat secara langsung, nah kamu pasti tahu istimewanya. Klasik gentongan cenderung menggunakan warna-warna tanah (earth tone) yaitu range krem-hitam dan coklat-merah.Seperti yang saya lihat di contoh Gentongan Museum Danar Hadi Solo.
Contoh kanan ini sangat istimewa karena kualitas pembatikannya yang sangat halus (jarang loh di Batik Madura), komposisi buketan & kupu serta loose flowers yang sempurna alias tidak penuh/over-crowded.
Background-nya motif 'rammok' tapi rapinya... buat yang tahu bagaimana proses membuat motif rammok, pasti 'wow' banget dengan kerapiannya.
Dan cerita di belakangnya....
Konon setiap kain gentongan seperti diciptakan dengan 'niat' , yaitu pengrajin-nya harus bisa menahan emosi, menjauhkan diri dari pikiran yang lain untuk menghasilkan karya sempurna.
Dan sampai sekarang, apabila ada kemalangan dalam keluarga (meninggal dll) proses pembatikan akan dihentikan.
Menurut Ummi Halimah kain ini adalah milik buyutnya, digunakan hanya untuk acara-acara yang sangat istimewa (jadi seserahan di pernikahan si empunya) dan akan menjadi tutup terakhir 'when the time of her departure (from this world)'
cool story, thanks a lot 'Ummi'